Sabtu, 15 September 2012

manajemen bisnis


I.       PENDAHULUAN

1.1.  Latar belakang
Dalam ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya. Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.
Kata bisnis sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya  penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya bisnis pertelevisian. Penggunaan yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi bisnis yang tepat masih menjadi bahan perdebatan hingga saat ini (Tri, 2011).
Perikanan dengan segala unsur yang ada di dalamnya merupakan suatu kekayaan yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Untuk itu harus dikelola dan dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.
Provinsi Sumatra Utara termasuk salah satu provinsi yang cukup potensial dalam memproduksi ikan. Hal ini dapat dilihat dari produksi ikan provinsi Sumatra Utara pada tahun 2005 yaitu sebesar 406.553,05 ton, yang terdiri dari 344.840,50 ton ikan air laut dan 40.914,04 ton ikan budidaya air payau dan air tawar. (Dinas perikanan Provinsi Sumatra Utara, 2005)
Kabupaten Serdang Bedagai secara goegrafis terletak pada posisi 20 57I – 30 16I Lintang Utara, 980 33I – 990 27I Bujur Timur merupakan pemekaran dari Kabupaten Deli Serdang. Dengan luas wilayah 1.900,22 Km2 terdiri dari 17 Kecamatan meliputi 243 Desa dan Kelurahan. Dengan jumlah penduduk 603.419 jiwa, 142.553 Kepala Keluarga (KK) dengan kepadatan penduduk rata-rata317 jiwa/Km2.
Letak Kabupaten Serdang Bedagai sangat strategis, yakni sebelah Utara berhadapan langsung dengan Selat Malaka, merupakan alur laut yang cukup padat aktivitasnya, sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Asahan dan sebelah Barat berbatas dengan Kabupaten Deli Serdang. Disisi lain mempunyai potensi areal pertambakan yang cukup luas, aliran sungai, rawa serta kegiatan-kegiatan budidaya ikan air tawar dan kolam pemancingan.
Perikanan menyediakan sumber penting bagi pemenuhan sumber makanan, pendapatan, pekerjaan dan rekreasi.  Jutaan manusia bergantung kepada perikanan sebagai mata pencaharian, sehingga perlu keterlibatan semua stakeholder  untuk mengelola perikanan dunia guna menjamin kecukupan ikan untuk generasi mendatang.

1.2.  Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis industri perikanan yang ada di kabupaten serdang bedagai, sekaligus untuk melihat lebih jauh
Mengenai backward linkeged ( keterkaitan kebelakang) maupun forward linkages (keterkaitan kedepan) industri yang sedang di amati.
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa terhadap industri perikanan salah satunya terhadap industri yang diamati dalam praktikum tersebut, sekaligus melatih mahasiswa untuk menjadi manusia yang handal dibidang bisnis nantinya setelah menyelesaikan pendidikannya di bangku perkuliahan.
II.    TINJAUAN PUSTAKA

Secara umum , manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mewujudkan tujuan melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia dan juga sumber daya alam. Dalam melakukan kehidupan sehari hari kita sebenarnya tidak akan pernah lepas dari suatu manajemen, baik itu dunia pekerjaan, pendidikan, kesehatan, penelitian dan lain lain. Sebaik apapun potensi yang kita miliki tetapi jika tidak di ikuti oleh manajemen yang baik maka hasilnya kurang baik, sebaliknya jika potensi kita biasa biasa saja tetapi jika di atur oleh manajemen yang baik maka hasilnya akan lebih baik.Dalam bisnis perikanan, manajemen juga sangat diperlukan supaya dapat berjalan lancar dan mendapat hasil yang sesuai harapan. Pada manajemen sendiri terdapat beberapa fungsi sebagai bagian dari proses manajemen. Semua fungsi-fungsi manajemen terdapat dalam setiap kegiatan usaha. Dalam bisnis perikanan, fungsi-fungsi itu mempunyai wujud yang berbeda, tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi dan jenis komoditas yang diusahakan.
Agar manajemen dapat mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya, diperlukan sarana-sarana pendukung. Sarana-sarana tersebut terdiri dari men (tenaga kerja manusia), money (uang yang diperlukan dalam usaha), methods (cara untuk mencapai tujuan), materials (bahan yang diperlukan), machine (alas yang diperlukan), dan market (pasar, sebagai tempat untuk menjual hand produksi). Tanya adanya sarana-sarana tersebut, manajemen tidak akan mencapai tujuan ataupun fungsinya.

III.              
III. METODE PRAKTEK

3.1. Waktu Dan Tempat
            Praktek umum ini dilaksanakan pada bulan april 2012, yang bertempat Di Kota Galuh Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara.
3.2. Metode Praktek
            Metode praktek yang digunakan dalam praktek umum ini adalah metode survei yaitu dengan melakaukan pengamatan langsung ke lokasi dan wawancara dengan responden yang terlibat dengan kegiatan perikanan meliputi nelayan dan pedagang ikan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
            Dari hasil praktikum yang telah kami laksanakan di perbaungan kabupaten serdang bedagai ini, maka kkami memperoleh hasil sebagai berikut:
1.Bahan dan Alat
Adapaun bahan utama yang digunakan dalam proses pengasapan ini adalah ikan lele, ikan lele diperoleh dari kolam-kolam masyarakat  disekitar wilayah industri pengasapan itu berada, kemudian untuk menutupi kekurangan biasanya mereka sengaja mendatangkan ikan dari daerah lain di luar kabupaten.
Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari lemari oven, kolam penampungan sementara, tempat penyusunan ikan seperti rak-rak yang berlubang-lubang seperti jaring pada bagian permukaannya, serta wadah untuk pengepakkan seperti kardus.
2.        Kriteria Mutu Sensoris Ikan Asap
Parameter
Parameter




Parameter
ü  Permukaan ikan asap cerah, cemerlang dan mengkilap. Kalau kusam dan suram menunjukkan bahwa ikan yang diasap sudah kurang bagus mutunya atau karena perlakuan dan proses pengasapan tidak dilakukan dengan baik dan benar.
ü  Tidak tampak adanya kotoran berupa darah yang mengering, sisa isi perut, abu, atau kotoran lain. Adanya kotoran semacam ini menjadi indikasi kalau pengolahan dan pengasapannya tidak baik. Kalau pada permukaan ikan terdapat deposit kristal garam
ü  maka hal ini menunjukkan bahwa penggaraman terlalu berat dan tentunya rasanya sangat asin.
ü  Pada ikan asap tidak tampak tanda-tanda adanya jamur atau lendir.

Warna
ü  Ikan asap berwarna coklat keemasan, coklat kekuningan, atau cokelat agak gelap. Warna ikan asap tersebar merata. Adanya warna kemerahan disekitar tulang atau warna gelap di bagian perut menunjukkan bahwa ikan yang diasap sudah bermutu rendah.
Bau
ü  Bau asap lembut sampai cukup tajam atau tajam, tidak tengik, tanpa bau busuk, tanpa bau asing, tanpa bau asam, tanpa bau apak.
Rasa
ü  Rasa lezat, enak, rasa asap terasa lembut sampai tajam, tanpa rasa getir atau pahit, tidak terasa tengik.

Tekstur
ü  Tekstur kompak, cukup elastis, tidak terlalu keras (kecuali produk tertentu seperti ikan kayu), tidak lembek, tidak rapuh, dan tidak lengket. Hendaknya kulit ikan tidak mudah dikelupas dari dagingnya.

4.2. Pembahasan
Ikan asap adalah ikan yang diolah dari ikan segar atau ikan yang digarami terlebih dahulu ( bahkan dapat pula diambil dari ikan-ikan hasil penggaraman kering atau basah ), tergantung dengan selera konsumen.
Pengasapan merupakan salah satu teknologi inovatif untuk mengawetkan ikan tanpa campuran bahan pengawet. Pengasapan ikan dilakukan pada suhu 65 0C – 80 0C selama 3-4 jam. Untuk menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras (non resinous) atau sabut dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering mengandung zat-zat yang menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.
Pengaruh Pengasapan Terhadap Ikan
  1. Ikan mengandung sedikit kadar air sehingga masa simpan dapat diperpanjang
  2. Rasa daging gurih dan padat, serta mempunyai aroma yang khas
  3. Mudah diolah dan disajikan dalam berbagai masakan, antara lain digulai santan, digoreng balado, dan dipindang
Pengasapan ikan sampai saat ini masih belum mendapatkan perhatian yang cukup dari industri perikanan padahal pengembangan produk ikan asap mempunyai prospek yang cukup bagus di masa mendatang. Mengingat bahwa di beberapa negara maju, tingkat konsumsi produk ikan asap cukup bagus. Oleh karena itu upaya meningkatkan produksi dan kualitas bagi ikan asap di Indonesia mendesak untuk dilakukan.
Di Kabupaten Serdang Bedagai, ikan asap yang diolah dari bahan baku ikan lele merupakan salah satu produk unggulan daerah yang sangat khas dan popular. Ikan lele yang memiliki bentuk memanjang agak lonjong dengan panjang tubuh berkisar antara 10-15 cm merupakan ukuran yang ideal untuk dikonsumsi oleh konsumen. Ikan lele asap dari kabupaten serdang bedagai memiliki kharakteristik karena di olah dalam bentuk utuh (whole fish) yang telah mengalami penyiangan terlebih dahulu (insang, isi perut dibuang) dan diproses dengan cara diasapi. Pengolahan ikan asap di kabupaten serdang bedagai ini memang betul-betul hanya memanfaatkan asap dalam proses pengolahannya. Dengan bantuan pemanasan maka produk akhirnya dapat memiliki daya awet hingga berbulan bulan, namun hal ini ditentukan oleh panjang pendeknya waktu pengasapan dan cara penyimpanan.
1. Backward Linkages.
a. Lokasi Usaha
Pada dasarnya tidak terdapat persyaratan khusus dalam menentukan letak lokasi usaha pengolahan ikan lele asap. Lokasi pengolahan ikan lele asap yang baik tentunya adalah lokasi usaha yang dekat dengan sumber bahan baku utama, yakni ikan lele segar, dan memiliki ketersediaan air yang cukup, serta akses yang luas terhadap pemasaran.
Berdasarkan hal di atas maka lokasi pengolahan ikan lele asap sebaiknya tidak jauh dari kolam, karena ikan lele yang berasal dari kolam harus sedapat mungkin segera sampai di tempat pengolahan agar tingkat kesegaran ikan dapat tetap terjaga. Jika lokasi pengolahan ikan berada jauh dari kolam maka konsekuensi harus melakukan penanganan ikan dengan baik. Tingkat kesegaran ikan lele  sangat mempengaruhi mutu ikan lele  asap yang dihasilkan.
b.      Alat dan bahan
ü  Alat
Semua peralatan mulai dari wadah open untuk pengasapan ikan, hingga kayu bakar dan semua peralatan lainnya berasal dari dalam daerah mereka sendiri.. seperti open yang sengaja mereka pesan pada ahlinya di daerah sekitar industri tersebut berdiri.
Pada industri pengasapan ini menggunakan open besar dari besi, hal ini disebabkan atas beberapa pertimbangan antara lain:
·         Alat pemanas mampu mengasap ikan dalam jumlah banyak (efektif)
·         Alat ini menggunakan bara api sehingga panas yang dihasilkan lebih stabil
·         Alat ini memiliki prinsip kerja yaitu pengkondisian udara melalui bantuan ruangan yang dialiri asap dari hasil pembakaran
·         Menggunakan cerobong yang berfungsi membuang asap bakar
·         Sirkulasi udara yang dihasilkan menyebabkan kondisi didalam ruang penyerapan memperoleh suhu yang relatif sama
·         Dilengkapi tempat pembuangan abu untuk menghindari kotor disekitar alat pemanas
·         Harga relatif murah sehingga mampu terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah
·         Kualitas material yang terbuat dari aluminium memungkinkan pemilihan alat ini lebih ringan mudah dipindah-pindah namun mampu tahan karat
·         Dari segi ergonomis tidak cepat lelah, karena setelah bara api menyala, alat ini bisa ditinggal dan bekerja sendiri
·         Keamanan penggunaan alat ini sangat baik karena model tertutup sehingga tidak menimbulkan percikan
·         Perawatan relatif mudah karena prinsip kerjanya sederhana dan dengan hasil yang maximal
·         Bahan bakar arang murah dan mudah didapat
·         Dilengkapi dengan handle (pegangan) untuk mendorong alat berpindah tempat
·         Fungsi utama mengurangi kadar air yang terkandung pada ikan, agar ikan lebih awet
·         Untuk melihat dan mengontrol suhu, dilengkapi dengan termometer suhu
·         Karena dapat menampung ikan dengan kapasitas banyak, maka tenaga yang dikeluarkan untuk sekali pengasapan akan lebih banyak
·         Profit (keuntungan) yang diperoleh akan lebih meningkat karena kapasitas produksi yang dihasilkan lebih banyak.


ü  Bahan
Bahan utama dalam pengasapan ikan adalah ikan lele, dalam hal ini industri yang terletak di serdang bedagai ini menggunakan ikan lele. Ikan lele yang mereka gunakan sebagai bahan baku, mereka perolah dari kolam kolam masyarakat sekitarnya selebihnya mereka peroleh dari luar daerah kabupatennya,  namu tetap masih dalam satu propinsi, mmengingat persediaan stok ikan lele cukup memenuhi di daerah tersebut.
Lele yang mereka peroleh dari kolam warga sekitar, tidak langsung diolah menjadi ikan asap, akan tetapi sebagiannya mereka letakkan terlebih dahulu dalam kolam penampungan sementara, hal ini dilakukan untuk menjaga kesegaran ikan selama proses produksi ikan asap dilakukan, kemudian ikan secara bertahap diolah manjadi ikan asap, yaitu dengan cara ikan yang diambil dari kolam penampungan sementara dibersihkan ( isi perut dan kepala dibuang ), kemudian setelah itu ikan langsung dimasukkan kedalam lemari oven untuk diasapkan tan[a dicuci darahnya terlebih dahulu, menurut mereka hal ini dilakukan untuk menjaga aroma ikan yang diasapkan agar lebih khas dan aroma dan rasa ikannya sangat terasa bila dikonsumsi.
Untuk membuat ikan asap perlu disiapkan bahan -bahan berupa : Ikan lele segar 3 Kg, garam 1 Kg garam, air secukupnya.
  1. Ikan lele di belah menjadi dua
  2. Bersihkan isi perutnya
  3. Cuci bersih dan tiriskan
  4. Nyalakan kayu bakar dalam rumah asap, sampai didapat asap dengan temperature ruang 60 – 70 oC
  5. Atur ikan di atas rak pengasapan kemudian lakukan proses pengasapan sampai ikan matang dan berwarna kuning kecoklatan mengkilap
  6. Keluarkan rak ikan dari rumah asap dan biarkan hingga dingin.
Setelah ikan dikeluarkan dari open ikan siap dimasukkan dalam kardus untuk dipreoses lebih lanjut.
c.       Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam industri pengasapan ikan lele ini berkisar 20 hingga 30 orang, hampir seluruh tenaga kerja berasal dari daerah setempat. Keterampilan diperoleh dari pengalaman selama mereka menjalani usahanya. Pada umumnya pemilik berusaha untuk belajar terlebih dahulu sehingga mendapatkan produk ikan asap yang sesuai dengan keinginannya. Tenaga kerja laki-laki maupun perempuan umumnya mampu mengerjakan tahap tahap pengolahan ikan bandeng asap.
Upah tenaga kerja pada usaha pengasapan ikan lele ini bervariasi antar pengolah. Upah ditentukan berdasarkan pengalaman dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Untuk tenaga kerja biasanya hanya melibatkan 20-30 orang mengingat kapasitas produksi untuk setiap pengolah besar (sekitar 1 ton/ hari). Tenaga kerja biasanya memperoleh upah Rp1.50.000 hingga Rp. 2.000.000;.
d.      Teknologi
Usaha pengolahan ikan bandeng asap ini menggunakan teknologi mesin-mesin dan peralatan yang lumayan modern. Proses pengasapan ikan dilakukan dengan peralatan yang atau dipesankan secara mudah dan tersedia di dalam negeri. Seperti bahan tempat oven untuk pembuatan alat pengasap dapat dibeli sekitar daerah tersebut. Bahkan ada beberapa pengolah yang menggunakan modifikasi dari bahan tong logam bekas yang dilubangi bagian atas dan bawahnya sehingga dapat berfungsi sebagai alat pengasap.
1.      Forword linkages.
Adapun yang termasuk dalam forword lingkages dalam bisnis perikanan industry ini adalah sebagai berikut:
ü  Pemasaran
Ikan yang diolah (diasapkan) pada industri ini tidak diberi lebel atau dikemasankan., ikan yang telah diasapkan kemudian dikirim ke sidampuan untuk di beri kemasan sekaligus mereknya. Alasan mereka terhadap hal ini disebabkan pada industri pengasapan ini lebih cenderung tidak mau mengambil resiko bila mereka memasarkan sendiri, boleh jadi hal ini disebabkan karena mereka kurang mampu memasarkan produknya dengan merk sendiri, mereka khawatir produknya tidak diterima dipasaran karean belum memiliki nama /merk dari kemasan ikan yang terkenal seperti dari sidampuan. Oleh sebab itu mereka leebih cenderung memilih untuk memasarkannya pada industry pengasapan ikan yang lain yang telah mempunya merk dan label sendiri. Namun hal ini cukup disayangkan karena bila mereka memasarkan sendiri produknya tentu saja hasil yang didapat lebih besar legi ketimbang menjual pada perusahaan yang hanya memberikan label terkenal.
ü  Harga
Harga ikan asap sendiri tidak ditentukan perkemasanya, hal ini disebabkan industri pengasapan ikan lele tidak menjual produk hasil produksinya dalam bentuk kemasan, hasil olahan ikan asap dijual kembali ketempat pemberian label ikan asap di sidampuan. Harga ikan asap yang dijual adalah Rp. 150.000/kg.
ü  Distribusi
            Ikan hasil produksi olahan ikan asap ini tidak didistribusikan langsung ke konsumen, melaikan dikirim kembali ke perusahaan ikan asap yang ada disidampuan untuk diberi lebel dan merek perusahaan tersebut, hal ini dilakukan karena industry olahan ikan asap ini belum memunyai merek dan lebel sendiri.
ü  Promosi
Ikan asap yang diolah di industri ini tidaklah begitu dipromosikan, hal ini karna mereka belum mempunyai merk dan label sendiri, promosi hanya dilakukan ke perusahan perusahan yang memberikan bermerk agar mereka bias memasokkan ikan keperusahaan tersebut.
ü  Limbah hasil olahan ikan asap
Adapun limbah hasil olahan ikan asap tidak langsung dibuang, seperti kepala hasil ikan lele hasil dari olehan pertama dari ikan asapan ini masih bisa digunakan untuk makanan bebek. Hanya isi perut dari ikan lele saja yang dibuang pada tempat pembuangan isi perut ikan lele.
Selain limbah dari bahan bakunya, limbah lain adalah asap yang dihasilkan dari cerobong asap lemari oven. Asap ini langsung dibuang keudara, namun dampak secara langsung tidaklah dirasakan oleh masyarakat yang ada disekitar industi pengasapan, selain volume asap yang tidak terlalu banyak, hal ini juga disebabkan letak industri  ini yang sedikit menjauh dari pemukiman pada umumnya.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dalam melakukan suatu usaha apapun dibutuhkan manajemen termasuk juga dalam menggeluti dunia bisnis perikanan ini. Ilmu manajemen sangatlah vital dibutuhkan untuk mengatur segala sesuatu dari awal hingga akhir. Jika tanpa adanya manajemen yang baik sangatlah mustahil dapat memperoleh hasil yang maksimal dalam usaha tersebut. Dengan manajemen yang baik dapat mengubah suatu yang buruk menjadi lebih baik, sedangkan suatu yang baik tetapi tidak menerapkan manajemen yang baik maka akan memperoleh hasil yang buruk. Bagaimana jika sesuatu yang baik dikelola dengan baik pula pasti hasilnya akan luar biasa.
Berdasarkan hasil survei lapangan, keberhasilan usaha dibidang pengasapan ikan sangat dipengaruhi oleh pengalaman usaha yang dimiliki pengusaha/ pengolah dalam menjalankan usahanya. Pengasapan ikan yang bahan bakunya sangat tergantung pada pemberian alam memerlukan pengetahuan yang baik mengenai perkembangan cuaca dan musim pemanenan.

5.2. Saran
            Sebaiknya industry-industr pengolahan ikan asap seperti yang berada di serdang bedagai ini mempunya kemasan olahan ikan asap dengan mereknya sendiri, hal ini dimaksudkan agar mereka memperoleh keuntungan finansial yang maksimal dibandingan mereka harus menjual kembali ke perusahan pengemasan yang telah mempunyai merek tekenal.
            Industri pengolahan ikan asap juga harus memiliki tenaga yang professional di bidang pemasaran ikan, karena pemasaran merupakan ujung tombak dari semua proses industri  pengolahan ikan tersebut,  tenaga dibidang pemasaran ini bertanggung jawab penuh terhada pemasaran produk untuk memperoleh hasil yang maksimal dan mampu bersaing di dalam pasar, baik domestik maupun ekspor.

 

DAFTAR PUSTAKA

Rahardi,F dkk, Agribisnis perikanan, Jakarta: Penebar Swadaya,1993.

Sabardi,Agus,  Pengantar Manajemen, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan YKPN,1997.

Hannesson,Rognvaldur, Ekonomi Perikanan, Bergen: Universitas Indonesia Press, 1988.

FAO (Food and Agriculture Organization), Fisheries Management, Rome: United Nations, 2003.

Marahudin,Firial dan Smith, Ekonomi Perikanan ( Dari Teori Ekonomi ke Pengelolaan Perikanan), Jakarta: Gramedia,1986.





















Tidak ada komentar: