I.
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam
ekonomi kapitalis, dimana kebanyakan bisnis dimiliki oleh pihak swasta, bisnis
dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan kemakmuran para pemiliknya.
Pemilik dan operator dari sebuah bisnis mendapatkan imbalan sesuai dengan
waktu, usaha, atau kapital yang mereka berikan. Namun tidak semua bisnis
mengejar keuntungan seperti ini, misalnya bisnis koperatif yang bertujuan
meningkatkan kesejahteraan semua anggotanya atau institusi pemerintah yang
bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Model bisnis seperti ini kontras
dengan sistem sosialistik, dimana bisnis besar kebanyakan dimiliki oleh
pemerintah, masyarakat umum, atau serikat pekerja.
Kata
bisnis sendiri memiliki tiga penggunaan, tergantung skupnya penggunaan singular kata bisnis dapat merujuk
pada badan usaha, yaitu kesatuan yuridis (hukum), teknis, dan ekonomis yang
bertujuan mencari laba atau keuntungan. Penggunaan yang lebih luas dapat
merujuk pada sektor pasar tertentu, misalnya bisnis pertelevisian. Penggunaan
yang paling luas merujuk pada seluruh aktivitas yang dilakukan oleh komunitas
penyedia barang dan jasa. Meskipun demikian, definisi bisnis yang tepat masih
menjadi bahan perdebatan hingga saat ini (Tri, 2011).
Perikanan
dengan segala unsur yang ada di dalamnya merupakan suatu kekayaan yang sangat
penting bagi kehidupan manusia. Untuk itu harus dikelola dan dimanfaatkan
seoptimal mungkin dengan tetap memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.
Provinsi
Sumatra Utara termasuk salah satu provinsi yang cukup potensial dalam
memproduksi ikan. Hal ini dapat dilihat dari produksi ikan provinsi Sumatra
Utara pada tahun 2005 yaitu sebesar 406.553,05 ton, yang terdiri dari
344.840,50 ton ikan air laut dan 40.914,04 ton ikan budidaya air payau dan air
tawar. (Dinas perikanan Provinsi Sumatra Utara, 2005)
Kabupaten
Serdang Bedagai secara goegrafis terletak pada posisi 20 57I
– 30 16I Lintang Utara, 980 33I –
990 27I Bujur Timur merupakan pemekaran dari Kabupaten
Deli Serdang. Dengan luas wilayah 1.900,22 Km2 terdiri dari 17
Kecamatan meliputi 243 Desa dan Kelurahan. Dengan jumlah penduduk 603.419 jiwa,
142.553 Kepala Keluarga (KK) dengan kepadatan penduduk rata-rata317 jiwa/Km2.
Letak
Kabupaten Serdang Bedagai sangat strategis, yakni sebelah Utara berhadapan
langsung dengan Selat Malaka, merupakan alur laut yang cukup padat
aktivitasnya, sebelah Selatan berbatas dengan Kabupaten Simalungun, sebelah
Timur berbatas dengan Kabupaten Asahan dan sebelah Barat berbatas dengan
Kabupaten Deli Serdang. Disisi lain mempunyai potensi areal pertambakan yang
cukup luas, aliran sungai, rawa serta kegiatan-kegiatan budidaya ikan air tawar
dan kolam pemancingan.
Perikanan
menyediakan sumber penting bagi pemenuhan sumber makanan, pendapatan, pekerjaan
dan rekreasi. Jutaan manusia bergantung
kepada perikanan sebagai mata pencaharian, sehingga perlu keterlibatan semua
stakeholder untuk mengelola perikanan
dunia guna menjamin kecukupan ikan untuk generasi mendatang.
1.2. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan
manfaat dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jenis industri perikanan
yang ada di kabupaten serdang bedagai, sekaligus untuk melihat lebih jauh
Mengenai
backward linkeged ( keterkaitan kebelakang) maupun forward linkages
(keterkaitan kedepan) industri yang sedang di amati.
Adapun
manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah wawasan mahasiswa terhadap
industri perikanan salah satunya terhadap industri yang diamati dalam praktikum
tersebut, sekaligus melatih mahasiswa untuk menjadi manusia yang handal
dibidang bisnis nantinya setelah menyelesaikan pendidikannya di bangku
perkuliahan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum , manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan
untuk mewujudkan tujuan melalui rangkaian kegiatan berupa perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya manusia dan juga
sumber daya alam. Dalam melakukan kehidupan sehari hari kita sebenarnya tidak
akan pernah lepas dari suatu manajemen, baik itu dunia pekerjaan, pendidikan,
kesehatan, penelitian dan lain lain. Sebaik apapun potensi yang kita miliki tetapi
jika tidak di ikuti oleh manajemen yang baik maka hasilnya kurang baik,
sebaliknya jika potensi kita biasa biasa saja tetapi jika di atur oleh
manajemen yang baik maka hasilnya akan lebih baik.Dalam bisnis perikanan,
manajemen juga sangat diperlukan supaya dapat berjalan lancar dan mendapat
hasil yang sesuai harapan. Pada manajemen sendiri terdapat beberapa fungsi
sebagai bagian dari proses manajemen. Semua fungsi-fungsi manajemen terdapat
dalam setiap kegiatan usaha. Dalam bisnis perikanan, fungsi-fungsi itu
mempunyai wujud yang berbeda, tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhi
dan jenis komoditas yang diusahakan.
Agar manajemen dapat mencapai tujuan dengan sebaik-baiknya,
diperlukan sarana-sarana pendukung. Sarana-sarana tersebut terdiri dari men
(tenaga kerja manusia), money (uang yang diperlukan dalam usaha), methods (cara
untuk mencapai tujuan), materials (bahan yang diperlukan), machine (alas yang
diperlukan), dan market (pasar, sebagai tempat untuk menjual hand produksi).
Tanya adanya sarana-sarana tersebut, manajemen tidak akan mencapai tujuan
ataupun fungsinya.
III.
III. METODE PRAKTEK
3.1. Waktu Dan Tempat
Praktek
umum ini dilaksanakan pada bulan april 2012, yang bertempat Di Kota Galuh
Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatra Utara.
3.2. Metode Praktek
Metode
praktek yang digunakan dalam praktek umum ini adalah metode survei yaitu dengan
melakaukan pengamatan langsung ke lokasi dan wawancara dengan responden yang
terlibat dengan kegiatan perikanan meliputi nelayan dan pedagang ikan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Dari
hasil praktikum yang telah kami laksanakan di perbaungan kabupaten serdang
bedagai ini, maka kkami memperoleh hasil sebagai berikut:
1.Bahan dan Alat
Adapaun
bahan utama yang digunakan dalam proses pengasapan ini adalah ikan lele, ikan
lele diperoleh dari kolam-kolam masyarakat
disekitar wilayah industri pengasapan itu berada, kemudian untuk
menutupi kekurangan biasanya mereka sengaja mendatangkan ikan dari daerah lain
di luar kabupaten.
Sedangkan
alat yang digunakan terdiri dari lemari oven, kolam penampungan sementara,
tempat penyusunan ikan seperti rak-rak yang berlubang-lubang seperti jaring
pada bagian permukaannya, serta wadah untuk pengepakkan seperti kardus.
2.
Kriteria
Mutu Sensoris Ikan Asap
Parameter
|
Parameter
|
Parameter
|
ü Permukaan ikan asap cerah, cemerlang
dan mengkilap. Kalau kusam dan suram menunjukkan bahwa ikan yang diasap sudah
kurang bagus mutunya atau karena perlakuan dan proses pengasapan tidak
dilakukan dengan baik dan benar.
ü Tidak tampak adanya kotoran berupa
darah yang mengering, sisa isi perut, abu, atau kotoran lain. Adanya kotoran
semacam ini menjadi indikasi kalau pengolahan dan pengasapannya tidak baik.
Kalau pada permukaan ikan terdapat deposit kristal garam
ü maka hal ini menunjukkan bahwa
penggaraman terlalu berat dan tentunya rasanya sangat asin.
ü Pada ikan asap tidak tampak
tanda-tanda adanya jamur atau lendir.
|
Warna
|
ü Ikan asap berwarna coklat keemasan,
coklat kekuningan, atau cokelat agak gelap. Warna ikan asap tersebar merata.
Adanya warna kemerahan disekitar tulang atau warna gelap di bagian perut
menunjukkan bahwa ikan yang diasap sudah bermutu rendah.
|
Bau
|
ü Bau asap lembut sampai cukup tajam
atau tajam, tidak tengik, tanpa bau busuk, tanpa bau asing, tanpa bau asam,
tanpa bau apak.
|
Rasa
|
ü Rasa lezat, enak, rasa asap terasa
lembut sampai tajam, tanpa rasa getir atau pahit, tidak terasa tengik.
|
Tekstur
|
ü Tekstur kompak, cukup elastis, tidak
terlalu keras (kecuali produk tertentu seperti ikan kayu), tidak lembek,
tidak rapuh, dan tidak lengket. Hendaknya kulit ikan tidak mudah dikelupas
dari dagingnya.
|
4.2. Pembahasan
Ikan
asap adalah ikan yang diolah dari ikan segar atau ikan yang digarami terlebih
dahulu ( bahkan dapat pula diambil dari ikan-ikan hasil penggaraman kering atau
basah ), tergantung dengan selera konsumen.
Pengasapan
merupakan salah satu teknologi inovatif untuk mengawetkan ikan tanpa campuran
bahan pengawet. Pengasapan ikan dilakukan pada suhu 65 0C – 80 0C selama 3-4
jam. Untuk menghasilkan asap, sebaiknya dipakai jenis kayu yang keras (non
resinous) atau sabut dan tempurung kelapa. Asap dari kayu yang lunak sering
mengandung zat-zat yang menyebabkan bau kurang baik pada hasil asapan.
Pengaruh Pengasapan Terhadap Ikan
- Ikan mengandung sedikit kadar air sehingga masa simpan dapat diperpanjang
- Rasa daging gurih dan padat, serta mempunyai aroma yang khas
- Mudah diolah dan disajikan dalam berbagai masakan, antara lain digulai santan, digoreng balado, dan dipindang
Pengasapan ikan sampai saat ini masih belum mendapatkan
perhatian yang cukup dari industri perikanan padahal pengembangan produk ikan
asap mempunyai prospek yang cukup bagus di masa mendatang. Mengingat bahwa di
beberapa negara maju, tingkat konsumsi produk ikan asap cukup bagus. Oleh karena
itu upaya meningkatkan produksi dan kualitas bagi ikan asap di Indonesia
mendesak untuk dilakukan.
Di
Kabupaten Serdang Bedagai, ikan asap yang diolah dari bahan baku ikan lele
merupakan salah satu produk unggulan daerah yang sangat khas dan popular. Ikan
lele yang memiliki bentuk memanjang agak lonjong dengan panjang tubuh berkisar
antara 10-15 cm merupakan ukuran yang ideal untuk dikonsumsi oleh konsumen.
Ikan lele asap dari kabupaten serdang bedagai memiliki kharakteristik karena di
olah dalam bentuk utuh (whole fish) yang telah mengalami penyiangan
terlebih dahulu (insang, isi perut dibuang) dan diproses dengan cara diasapi.
Pengolahan ikan asap di kabupaten serdang bedagai ini memang betul-betul hanya
memanfaatkan asap dalam proses pengolahannya. Dengan bantuan pemanasan maka
produk akhirnya dapat memiliki daya awet hingga berbulan bulan, namun hal ini
ditentukan oleh panjang pendeknya waktu pengasapan dan cara penyimpanan.
1. Backward Linkages.
a. Lokasi Usaha
Pada dasarnya tidak terdapat persyaratan khusus dalam menentukan letak
lokasi usaha pengolahan ikan lele asap. Lokasi pengolahan ikan lele asap yang
baik tentunya adalah lokasi usaha yang dekat dengan sumber bahan baku utama,
yakni ikan lele segar, dan memiliki ketersediaan air yang cukup, serta akses
yang luas terhadap pemasaran.
Berdasarkan hal di atas maka lokasi pengolahan ikan lele asap
sebaiknya tidak jauh dari kolam, karena ikan lele yang berasal dari kolam harus
sedapat mungkin segera sampai di tempat pengolahan agar tingkat kesegaran ikan
dapat tetap terjaga. Jika lokasi pengolahan ikan berada jauh dari kolam maka
konsekuensi harus melakukan penanganan ikan dengan baik. Tingkat kesegaran ikan
lele sangat mempengaruhi mutu ikan lele asap yang dihasilkan.
b.
Alat dan
bahan
ü Alat
Semua peralatan mulai dari wadah open untuk pengasapan ikan,
hingga kayu bakar dan semua peralatan lainnya berasal dari dalam daerah mereka
sendiri.. seperti open yang sengaja mereka pesan pada ahlinya di daerah sekitar
industri tersebut berdiri.
Pada industri pengasapan ini menggunakan open besar dari besi, hal ini
disebabkan atas beberapa pertimbangan antara lain:
·
Alat
pemanas mampu mengasap ikan dalam jumlah banyak (efektif)
·
Alat
ini menggunakan bara api sehingga panas yang dihasilkan lebih stabil
·
Alat
ini memiliki prinsip kerja yaitu pengkondisian udara melalui bantuan ruangan
yang dialiri asap dari hasil pembakaran
·
Menggunakan
cerobong yang berfungsi membuang asap bakar
·
Sirkulasi
udara yang dihasilkan menyebabkan kondisi didalam ruang penyerapan memperoleh
suhu yang relatif sama
·
Dilengkapi
tempat pembuangan abu untuk menghindari kotor disekitar alat pemanas
·
Harga
relatif murah sehingga mampu terjangkau oleh masyarakat menengah kebawah
·
Kualitas
material yang terbuat dari aluminium memungkinkan pemilihan alat ini lebih
ringan mudah dipindah-pindah namun mampu tahan karat
·
Dari
segi ergonomis tidak cepat lelah, karena setelah bara api menyala, alat ini
bisa ditinggal dan bekerja sendiri
·
Keamanan
penggunaan alat ini sangat baik karena model tertutup sehingga tidak
menimbulkan percikan
·
Perawatan
relatif mudah karena prinsip kerjanya sederhana dan dengan hasil yang maximal
·
Bahan
bakar arang murah dan mudah didapat
·
Dilengkapi
dengan handle (pegangan) untuk mendorong alat berpindah tempat
·
Fungsi
utama mengurangi kadar air yang terkandung pada ikan, agar ikan lebih awet
·
Untuk
melihat dan mengontrol suhu, dilengkapi dengan termometer suhu
·
Karena
dapat menampung ikan dengan kapasitas banyak, maka tenaga yang dikeluarkan
untuk sekali pengasapan akan lebih banyak
·
Profit
(keuntungan) yang diperoleh akan lebih meningkat karena kapasitas produksi yang
dihasilkan lebih banyak.
ü Bahan
Bahan utama dalam pengasapan ikan adalah ikan lele, dalam hal
ini industri yang terletak di serdang bedagai ini menggunakan ikan lele. Ikan
lele yang mereka gunakan sebagai bahan baku, mereka perolah dari kolam kolam
masyarakat sekitarnya selebihnya mereka peroleh dari luar daerah
kabupatennya, namu tetap masih dalam
satu propinsi, mmengingat persediaan stok ikan lele cukup memenuhi di daerah
tersebut.
Lele yang mereka peroleh dari kolam warga sekitar, tidak
langsung diolah menjadi ikan asap, akan tetapi sebagiannya mereka letakkan
terlebih dahulu dalam kolam penampungan sementara, hal ini dilakukan untuk
menjaga kesegaran ikan selama proses produksi ikan asap dilakukan, kemudian
ikan secara bertahap diolah manjadi ikan asap, yaitu dengan cara ikan yang
diambil dari kolam penampungan sementara dibersihkan ( isi perut dan kepala
dibuang ), kemudian setelah itu ikan langsung dimasukkan kedalam lemari oven
untuk diasapkan tan[a dicuci darahnya terlebih dahulu, menurut mereka hal ini
dilakukan untuk menjaga aroma ikan yang diasapkan agar lebih khas dan aroma dan
rasa ikannya sangat terasa bila dikonsumsi.
Untuk membuat ikan
asap perlu disiapkan bahan -bahan berupa : Ikan lele segar 3 Kg, garam 1 Kg
garam, air secukupnya.
- Ikan lele di belah menjadi dua
- Bersihkan isi perutnya
- Cuci bersih dan tiriskan
- Nyalakan kayu bakar dalam rumah asap, sampai didapat asap dengan temperature ruang 60 – 70 oC
- Atur ikan di atas rak pengasapan kemudian lakukan proses pengasapan sampai ikan matang dan berwarna kuning kecoklatan mengkilap
- Keluarkan rak ikan dari rumah asap dan biarkan hingga dingin.
Setelah ikan
dikeluarkan dari open ikan siap dimasukkan dalam kardus untuk dipreoses lebih
lanjut.
c.
Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dipekerjakan
dalam industri pengasapan ikan lele ini berkisar 20 hingga 30 orang, hampir
seluruh tenaga kerja berasal dari daerah setempat. Keterampilan diperoleh dari pengalaman selama mereka menjalani
usahanya. Pada umumnya pemilik berusaha untuk belajar terlebih dahulu sehingga
mendapatkan produk ikan asap yang sesuai dengan keinginannya. Tenaga kerja
laki-laki maupun perempuan umumnya mampu mengerjakan tahap tahap pengolahan
ikan bandeng asap.
Upah tenaga kerja pada usaha pengasapan ikan lele ini
bervariasi antar pengolah. Upah ditentukan berdasarkan pengalaman dan jenis
pekerjaan yang dilakukan. Untuk tenaga kerja biasanya hanya melibatkan 20-30
orang mengingat kapasitas produksi untuk setiap pengolah besar (sekitar 1 ton/
hari). Tenaga kerja biasanya memperoleh upah Rp1.50.000 hingga Rp. 2.000.000;.
d.
Teknologi
Usaha pengolahan ikan bandeng asap ini menggunakan
teknologi mesin-mesin dan peralatan yang lumayan modern. Proses pengasapan ikan
dilakukan dengan peralatan yang atau dipesankan secara mudah dan tersedia di
dalam negeri. Seperti bahan tempat oven untuk pembuatan alat pengasap
dapat dibeli sekitar daerah tersebut. Bahkan ada beberapa pengolah yang
menggunakan modifikasi dari bahan tong logam bekas yang dilubangi bagian atas
dan bawahnya sehingga dapat berfungsi sebagai alat pengasap.
1.
Forword
linkages.
Adapun yang
termasuk dalam forword lingkages dalam bisnis perikanan industry ini adalah
sebagai berikut:
ü Pemasaran
Ikan yang diolah
(diasapkan) pada industri ini tidak diberi lebel atau dikemasankan., ikan yang
telah diasapkan kemudian dikirim ke sidampuan untuk di beri kemasan sekaligus
mereknya. Alasan mereka terhadap hal ini disebabkan pada industri pengasapan
ini lebih cenderung tidak mau mengambil resiko bila mereka memasarkan sendiri,
boleh jadi hal ini disebabkan karena mereka kurang mampu memasarkan produknya
dengan merk sendiri, mereka khawatir produknya tidak diterima dipasaran karean
belum memiliki nama /merk dari kemasan ikan yang terkenal seperti dari
sidampuan. Oleh sebab itu mereka leebih cenderung memilih untuk memasarkannya
pada industry pengasapan ikan yang lain yang telah mempunya merk dan label
sendiri. Namun hal ini cukup disayangkan karena bila mereka memasarkan sendiri
produknya tentu saja hasil yang didapat lebih besar legi ketimbang menjual pada
perusahaan yang hanya memberikan label terkenal.
ü Harga
Harga
ikan asap sendiri tidak ditentukan perkemasanya, hal ini disebabkan industri
pengasapan ikan lele tidak menjual produk hasil produksinya dalam bentuk
kemasan, hasil olahan ikan asap dijual kembali ketempat pemberian label ikan
asap di sidampuan. Harga ikan asap yang dijual adalah Rp. 150.000/kg.
ü Distribusi
Ikan hasil produksi olahan ikan
asap ini tidak didistribusikan langsung ke konsumen, melaikan dikirim kembali
ke perusahaan ikan asap yang ada disidampuan untuk diberi lebel dan merek
perusahaan tersebut, hal ini dilakukan karena industry olahan ikan asap ini
belum memunyai merek dan lebel sendiri.
ü Promosi
Ikan asap yang diolah di industri ini tidaklah begitu
dipromosikan, hal ini karna mereka belum mempunyai merk dan label sendiri,
promosi hanya dilakukan ke perusahan perusahan yang memberikan bermerk agar
mereka bias memasokkan ikan keperusahaan tersebut.
ü Limbah hasil olahan ikan asap
Adapun limbah hasil olahan ikan asap tidak langsung dibuang,
seperti kepala hasil ikan lele hasil dari olehan pertama dari ikan asapan ini
masih bisa digunakan untuk makanan bebek. Hanya isi perut dari ikan lele saja
yang dibuang pada tempat pembuangan isi perut ikan lele.
Selain
limbah dari bahan bakunya, limbah lain adalah asap yang dihasilkan dari
cerobong asap lemari oven. Asap ini langsung dibuang keudara, namun dampak
secara langsung tidaklah dirasakan oleh masyarakat yang ada disekitar industi
pengasapan, selain volume asap yang tidak terlalu banyak, hal ini juga
disebabkan letak industri ini yang
sedikit menjauh dari pemukiman pada umumnya.
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dalam
melakukan suatu usaha apapun dibutuhkan manajemen termasuk juga dalam
menggeluti dunia bisnis perikanan ini. Ilmu manajemen sangatlah vital
dibutuhkan untuk mengatur segala sesuatu dari awal hingga akhir. Jika tanpa
adanya manajemen yang baik sangatlah mustahil dapat memperoleh hasil yang
maksimal dalam usaha tersebut. Dengan manajemen yang baik dapat mengubah suatu
yang buruk menjadi lebih baik, sedangkan suatu yang baik tetapi tidak
menerapkan manajemen yang baik maka akan memperoleh hasil yang buruk. Bagaimana
jika sesuatu yang baik dikelola dengan baik pula pasti hasilnya akan luar
biasa.
Berdasarkan hasil survei lapangan, keberhasilan usaha dibidang
pengasapan ikan sangat dipengaruhi oleh pengalaman usaha yang dimiliki
pengusaha/ pengolah dalam menjalankan usahanya. Pengasapan ikan yang bahan
bakunya sangat tergantung pada pemberian alam memerlukan pengetahuan yang baik
mengenai perkembangan cuaca dan musim pemanenan.
5.2. Saran
Sebaiknya
industry-industr pengolahan ikan asap seperti yang berada di serdang bedagai
ini mempunya kemasan olahan ikan asap dengan mereknya sendiri, hal ini dimaksudkan
agar mereka memperoleh keuntungan finansial yang maksimal dibandingan mereka
harus menjual kembali ke perusahan pengemasan yang telah mempunyai merek
tekenal.
Industri pengolahan ikan asap juga
harus memiliki tenaga yang professional di bidang pemasaran ikan, karena
pemasaran merupakan ujung tombak dari semua proses industri pengolahan ikan tersebut, tenaga dibidang pemasaran ini bertanggung
jawab penuh terhada pemasaran produk untuk memperoleh hasil yang maksimal dan
mampu bersaing di dalam pasar, baik domestik maupun ekspor.
DAFTAR PUSTAKA
Rahardi,F dkk, Agribisnis
perikanan, Jakarta: Penebar Swadaya,1993.
Sabardi,Agus, Pengantar
Manajemen, Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan Akademi Manajemen Perusahaan
YKPN,1997.
Hannesson,Rognvaldur,
Ekonomi Perikanan, Bergen:
Universitas Indonesia Press, 1988.
FAO (Food and
Agriculture Organization), Fisheries Management, Rome: United Nations, 2003.
Marahudin,Firial
dan Smith, Ekonomi Perikanan ( Dari Teori Ekonomi ke Pengelolaan
Perikanan), Jakarta: Gramedia,1986.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar